Bahasa Arab, sebagai bahasa Al-Qur’an dan hadis, memiliki struktur yang sangat kaya dan sistematis. Untuk dapat memahami dan menguasainya dengan baik, diperlukan pemahaman mendalam terhadap dua cabang ilmu tata bahasa utamanya: Nahwu dan Shorof. Jika Nahwu membahas perubahan harakat akhir kata berdasarkan kedudukannya dalam kalimat (i’rab), maka Shorof adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk kata dari satu bentuk ke bentuk lainnya untuk menghasilkan makna yang berbeda (tasrif).
Bagi siswa kelas 2 (yang biasanya mengacu pada tingkat menengah, seperti kelas 8 SMP/MTs atau kelas 11 SMA/MA, tergantung kurikulum dan jenjang pendidikan pesantren), materi Shorof sudah mulai memasuki pembahasan yang lebih mendalam, tidak hanya sebatas pengenalan dasar. Mereka diharapkan mampu menguasai tasrif fi’il (kata kerja) madhi, mudhari’, amr, dan nahi, serta mulai memahami pembentukan isim fa’il (pelaku) dan isim maf’ul (objek). Artikel ini akan menyajikan berbagai contoh soal Shorof yang relevan untuk tingkat tersebut, dilengkapi dengan pembahasan komprehensif untuk membantu siswa dan pengajar dalam proses belajar mengajar.
Pentingnya Mempelajari Shorof Tingkat Menengah
Pada tingkat ini, Shorof bukan lagi sekadar hafalan. Siswa dituntut untuk memahami pola (wazan) dan kaidah perubahan bentuk kata secara logis. Kemampuan ini sangat krusial untuk:
- Memahami Makna Teks: Dengan Shorof, kita bisa mengetahui makna dasar sebuah kata kerja dan bagaimana perubahannya mempengaruhi arti (misal: كَتَبَ "dia telah menulis", يَكْتُبُ "dia sedang/akan menulis", اُكْتُبْ "tulislah!").
- Mengidentifikasi Jenis Kata: Membedakan apakah sebuah kata adalah fi’il, isim fa’il, isim maf’ul, atau bentuk lainnya.
- Menyusun Kalimat yang Benar: Memastikan penggunaan bentuk kata yang sesuai dengan subjek, waktu, dan tujuan pembicaraan.
- Mempermudah Hafalan Al-Qur’an dan Hadis: Dengan memahami pola kata, menghafal menjadi lebih terstruktur dan bermakna.
Materi Shorof Kelas 2 (Tingkat Menengah) yang Umum Diujikan
Sebelum masuk ke contoh soal, mari kita rekap materi-materi pokok Shorof yang biasanya dipelajari dan diujikan pada tingkat ini:
- Tasrif Lughowi Fi’il Madhi (Kata Kerja Lampau): Perubahan fi’il madhi sesuai dengan 14 dhomir (kata ganti).
- Tasrif Lughowi Fi’il Mudhari’ (Kata Kerja Sekarang/Akan Datang): Perubahan fi’il mudhari’ sesuai dengan 14 dhomir.
- Pembentukan Fi’il Amr (Kata Kerja Perintah): Kaidah pembentukan fi’il amr dari fi’il mudhari’ مخاطب (orang kedua).
- Pembentukan Fi’il Nahi (Kata Kerja Larangan): Kaidah pembentukan fi’il nahi dari fi’il mudhari’ مخاطب.
- Identifikasi Wazan (Pola): Mengenali pola dasar fi’il tsulatsi mujarrad (kata kerja tiga huruf asli) seperti فَعَلَ يَفْعُلُ, فَعَلَ يَفْعِلُ, فَعَلَ يَفْعَلُ, dll.
- Pembentukan Isim Fa’il dan Isim Maf’ul: Kaidah pembentukan isim fa’il (kata benda pelaku) dan isim maf’ul (kata benda yang dikenai pekerjaan) dari fi’il tsulatsi mujarrad.
- Fi’il Mabni Ma’lum dan Mabni Majhul: Perbedaan dan cara pembentukan fi’il madhi dan mudhari’ dalam bentuk aktif (ma’lum) dan pasif (majhul).
Contoh Soal Shorof Bahasa Arab Kelas 2 dan Pembahasannya
Berikut adalah contoh soal Shorof yang bervariasi, meliputi pilihan ganda, isian singkat, dan uraian, dengan fokus pada materi-materi di atas.
A. Pilihan Ganda
1. Tasrif Lughowi Fi’il Madhi
Soal 1: Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat "هُمْ ……… إلى المدرسة" (Mereka (laki-laki) telah pergi ke sekolah) adalah…
a. ذَهَبَ
b. ذَهَبُوا
c. ذَهَبَتْ
d. ذَهَبْنَ
Pembahasan: Dhomir "هُمْ" (mereka laki-laki) menunjukkan jamak mudzakkar ghaib. Fi’il madhi yang sesuai adalah "ذَهَبُوا" (mereka telah pergi), yang memiliki tambahan wawu alif (وَا) di akhirnya.
Jawaban: b
Soal 2: Bentuk fi’il madhi dari "نَصَرَ" untuk dhomir "أَنْتُنَّ" adalah…
a. نَصَرْتُ
b. نَصَرْتُمْ
c. نَصَرْتُنَّ
d. نَصَرْتُمَا
Pembahasan: Dhomir "أَنْتُنَّ" (kalian perempuan) adalah jamak muannats mukhatabah. Fi’il madhi yang sesuai memiliki akhiran "تُنَّ". Jadi, "نَصَرَ" menjadi "نَصَرْتُنَّ".
Jawaban: c
2. Tasrif Lughowi Fi’il Mudhari’
Soal 3: Bentuk fi’il mudhari’ yang benar untuk dhomir "هِيَ" dari kata "كَتَبَ" adalah…
a. يَكْتُبُ
b. تَكْتُبُ
c. يَكْتُبُونَ
d. تَكْتُبْنَ
Pembahasan: Dhomir "هِيَ" (dia perempuan) adalah mufrad muannats ghaib. Fi’il mudhari’ yang sesuai memiliki awalan "تَ" dan akhiran "ـُ". Jadi, "كَتَبَ" menjadi "تَكْتُبُ".
Jawaban: b
Soal 4: Kata "تَسْمَعُونَ" (kalian (laki-laki) sedang/akan mendengar) berasal dari dhomir…
a. هُمْ
b. أَنْتُمْ
c. هُنَّ
d. أَنْتُنَّ
Pembahasan: Fi’il mudhari’ dengan awalan "تَ" dan akhiran "ونَ" adalah untuk dhomir "أَنْتُمْ" (kalian laki-laki jamak).
Jawaban: b
3. Pembentukan Fi’il Amr dan Nahi
Soal 5: Fi’il amr (perintah) yang benar dari fi’il "يَجْلِسُ" (dia sedang duduk) untuk dhomir "أَنْتَ" adalah…
a. اجْلِسْ
b. اِجْلِسِيْ
c. اجْلِسُوا
d. تَجْلِسْ
Pembahasan: Untuk membentuk fi’il amr mufrad mudzakkar (untuk "أَنْتَ"):
- Ambil fi’il mudhari’ مخاطب: تَجْلِسُ
- Buang huruf mudhara’ah (تَ): جْلِسُ
- Sukunkan huruf terakhir: جْلِسْ
- Tambahkan hamzah washal di awal (karena huruf kedua sukun): اِجْلِسْ (harakat hamzah washal mengikuti harakat huruf ketiga mudhari’, yaitu kasrah, karena huruf ketiga adalah lam yang berharakat kasrah).
Jawaban: a
Soal 6: Fi’il nahi (larangan) yang benar untuk dhomir "أَنْتُمْ" dari fi’il "يَذْهَبُ" adalah…
a. لَا تَذْهَبْ
b. لَا تَذْهَبِيْ
c. لَا تَذْهَبُوا
d. لَا تَذْهَبْنَ
Pembahasan: Untuk membentuk fi’il nahi jamak mudzakkar (untuk "أَنْتُمْ"):
- Ambil fi’il mudhari’ مخاطب: تَذْهَبُونَ
- Tambahkan "لَا" di awal: لَا تَذْهَبُونَ
- Jazm-kan fi’il mudhari’ (dengan membuang nun pada af’alul khomsah): لَا تَذْهَبُوا.
Jawaban: c
4. Isim Fa’il dan Isim Maf’ul
Soal 7: Isim fa’il dari fi’il "قَتَلَ" (membunuh) adalah…
a. مَقْتُولٌ
b. قَاتِلٌ
c. قَتْلٌ
d. قَتِيلٌ
Pembahasan: Isim fa’il dari fi’il tsulatsi mujarrad dibentuk dengan wazan "فَاعِلٌ". Jadi, "قَتَلَ" menjadi "قَاتِلٌ" (pembunuh/yang membunuh).
Jawaban: b
Soal 8: Isim maf’ul dari fi’il "فَتَحَ" (membuka) adalah…
a. فَاتِحٌ
b. مَفْتُوحٌ
c. فَتْحٌ
d. فَتَحَةٌ
Pembahasan: Isim maf’ul dari fi’il tsulatsi mujarrad dibentuk dengan wazan "مَفْعُولٌ". Jadi, "فَتَحَ" menjadi "مَفْتُوحٌ" (yang dibuka/terbuka).
Jawaban: b
5. Fi’il Mabni Ma’lum dan Mabni Majhul
Soal 9: Bentuk mabni majhul dari fi’il madhi "كَتَبَ" (telah menulis) adalah…
a. كُتِبَ
b. يُكْتَبُ
c. كَاتِبٌ
d. مَكْتُوبٌ
Pembahasan: Untuk membentuk fi’il madhi mabni majhul, huruf pertama didhommahkan dan huruf sebelum akhir dikasrahkan. Jadi, "كَتَبَ" menjadi "كُتِبَ" (telah ditulis).
Jawaban: a
Soal 10: Bentuk mabni majhul dari fi’il mudhari’ "يَنْصُرُ" (dia sedang menolong) adalah…
a. نَصَرَ
b. نُصِرَ
c. يُنْصَرُ
d. يَنْصُرُ
Pembahasan: Untuk membentuk fi’il mudhari’ mabni majhul, huruf mudhara’ah didhommahkan dan huruf sebelum akhir difathahkan. Jadi, "يَنْصُرُ" menjadi "يُنْصَرُ" (dia sedang ditolong).
Jawaban: c
B. Isian Singkat
1. Tasrif Lughowi Fi’il Madhi
Soal 11: Lengkapilah tasrif fi’il madhi "خَرَجَ" (keluar) untuk dhomir "أَنَا": ___.
Jawaban: خَرَجْتُ
Pembahasan: Untuk dhomir "أَنَا" (saya), fi’il madhi ditambahkan "تُ" di akhirnya.
Soal 12: Fi’il madhi dari "قَرَأَ" untuk dhomir "هُمَا" (laki-laki) adalah ___.
Jawaban: قَرَأَا
Pembahasan: Untuk dhomir "هُمَا" (laki-laki dua orang), fi’il madhi ditambahkan "ا" (alif tatsniyah) di akhirnya.
2. Tasrif Lughowi Fi’il Mudhari’
Soal 13: Fi’il mudhari’ dari "عَمِلَ" (bekerja) untuk dhomir "نَحْنُ" adalah ___.
Jawaban: نَعْمَلُ
Pembahasan: Untuk dhomir "نَحْنُ" (kami), fi’il mudhari’ diawali dengan "نَ".
Soal 14: Fi’il mudhari’ "يَشْرَبْنَ" (mereka (perempuan) sedang minum) berasal dari dhomir ___.
Jawaban: هُنَّ
Pembahasan: Fi’il mudhari’ dengan awalan "يَ" dan akhiran "نَ" (nun niswah) adalah untuk dhomir "هُنَّ".
3. Pembentukan Fi’il Amr dan Nahi
Soal 15: Bentuk fi’il amr untuk dhomir "أَنْتُمَا" (kalian berdua) dari fi’il "يَجْمَعُ" adalah ___.
Jawaban: اِجْمَعَا
Pembahasan: Dari "تَجْمَعَانِ" (mudhari’ مخاطب), buang nun, tambahkan hamzah washal (karena huruf ketiga difathah, hamzah washal dikasrahkan).
Soal 16: Bentuk fi’il nahi untuk dhomir "أَنْتِ" dari fi’il "يَلْعَبُ" adalah ___.
Jawaban: لَا تَلْعَبِيْ
Pembahasan: Dari "تَلْعَبِينَ" (mudhari’ مخاطب), tambahkan "لَا" dan buang nun (karena jazm).
4. Isim Fa’il dan Isim Maf’ul
Soal 17: Isim fa’il dari fi’il "سَأَلَ" (bertanya) adalah ___.
Jawaban: سَائِلٌ
Pembahasan: Mengikuti wazan فَاعِلٌ.
Soal 18: Isim maf’ul dari fi’il "سَمِعَ" (mendengar) adalah ___.
Jawaban: مَسْمُوعٌ
Pembahasan: Mengikuti wazan مَفْعُولٌ.
5. Fi’il Mabni Ma’lum dan Mabni Majhul
Soal 19: Ubahlah fi’il madhi "فَتَحَ" (membuka) menjadi mabni majhul: ___.
Jawaban: فُتِحَ
Pembahasan: Dhommahkan huruf awal, kasrahkan huruf sebelum akhir.
Soal 20: Ubahlah fi’il mudhari’ "يَعْرِفُ" (dia mengetahui) menjadi mabni majhul: ___.
Jawaban: يُعْرَفُ
Pembahasan: Dhommahkan huruf mudhara’ah, fathahkan huruf sebelum akhir.
C. Soal Uraian/Esai
Soal 21: Tasriflah fi’il "دَخَلَ" (masuk) secara lughowi untuk fi’il madhi dan fi’il mudhari’ lengkap dengan 14 dhomir!
Pembahasan:
Tasrif Fi’il Madhi (دَخَلَ):
- هُوَ : دَخَلَ
- هُمَا : دَخَلَا
- هُمْ : دَخَلُوا
- هِيَ : دَخَلَتْ
- هُمَا : دَخَلَتَا
- هُنَّ : دَخَلْنَ
- أَنْتَ : دَخَلْتَ
- أَنْتُمَا : دَخَلْتُمَا
- أَنْتُمْ : دَخَلْتُمْ
- أَنْتِ : دَخَلْتِ
- أَنْتُمَا : دَخَلْتُمَا
- أَنْتُنَّ : دَخَلْتُنَّ
- أَنَا : دَخَلْتُ
- نَحْنُ : دَخَلْنَا
Tasrif Fi’il Mudhari’ (يَدْخُلُ – dengan wazan يَفْعُلُ):
- هُوَ : يَدْخُلُ
- هُمَا : يَدْخُلَانِ
- هُمْ : يَدْخُلُونَ
- هِيَ : تَدْخُلُ
- هُمَا : تَدْخُلَانِ
- هُنَّ : يَدْخُلْنَ
- أَنْتَ : تَدْخُلُ
- أَنْتُمَا : تَدْخُلَانِ
- أَنْتُمْ : تَدْخُلُونَ
- أَنْتِ : تَدْخُلِينَ
- أَنْتُمَا : تَدْخُلَانِ
- أَنْتُنَّ : تَدْخُلْنَ
- أَنَا : أَدْخُلُ
- نَحْنُ : نَدْخُلُ
Soal 22: Jelaskan bagaimana cara membentuk fi’il amr dan fi’il nahi untuk dhomir "أَنْتُمْ" (kalian laki-laki jamak) dari fi’il "يَكْتُبُ" (dia sedang menulis)!
Pembahasan:
Pembentukan Fi’il Amr untuk "أَنْتُمْ" dari "يَكْتُبُ":
- Ambil fi’il mudhari’ untuk dhomir "أَنْتُمْ" yaitu "تَكْتُبُونَ".
- Buang huruf mudhara’ah (تَ) di awal: "كْتُبُونَ".
- Karena ini termasuk "al-af’alul khomsah", maka nun di akhirnya dibuang saat jazm (yang berlaku juga pada fi’il amr): "كْتُبُوا".
- Karena huruf kedua setelah dibuang huruf mudhara’ah (yaitu kaf) adalah sukun, maka tambahkan hamzah washal di awal. Harakat hamzah washal mengikuti harakat huruf ketiga fi’il mudhari’ (yaitu ta’ pada تَكْتُبُونَ, yang berarti huruf ketiga pada akar kata adalah ba’ dengan dhommah). Jadi, hamzah washal didhommahkan.
- Maka, fi’il amrnya adalah: اُكْتُبُوا (Tulislah kalian (laki-laki jamak)!)
Pembentukan Fi’il Nahi untuk "أَنْتُمْ" dari "يَكْتُبُ":
- Ambil fi’il mudhari’ untuk dhomir "أَنْتُمْ" yaitu "تَكْتُبُونَ".
- Tambahkan huruf "لَا" (larangan) di awal: "لَا تَكْتُبُونَ".
- Karena "لَا" nahi adalah salah satu amil jazm, maka fi’il mudhari’ yang termasuk "al-af’alul khomsah" harus dijazmkan dengan membuang nun.
- Maka, fi’il nahinya adalah: لَا تَكْتُبُوا (Janganlah kalian (laki-laki jamak) menulis!)
Soal 23: Apa perbedaan antara Isim Fa’il dan Isim Maf’ul dari segi makna dan bentuknya? Berikan contoh dari fi’il "فَهِمَ" (memahami)!
Pembahasan:
-
Isim Fa’il (اسم الفاعل):
- Makna: Menunjukkan pelaku dari suatu pekerjaan atau sifat yang melekat pada seseorang. Bisa diartikan sebagai "yang melakukan…" atau "pelaku…".
- Bentuk: Dari fi’il tsulatsi mujarrad, dibentuk dengan wazan "فَاعِلٌ" (Fa’ilun).
- Contoh dari فَهِمَ: فَاهِمٌ (yang memahami/pemaham).
-
Isim Maf’ul (اسم المفعول):
- Makna: Menunjukkan objek dari suatu pekerjaan atau sesuatu yang dikenai pekerjaan. Bisa diartikan sebagai "yang di-… kan" atau "objek…".
- Bentuk: Dari fi’il tsulatsi mujarrad, dibentuk dengan wazan "مَفْعُولٌ" (Maf’ulun).
- Contoh dari فَهِمَ: مَفْهُومٌ (yang dipahami/dipahami).
Perbedaannya: Isim Fa’il menunjukkan siapa yang melakukan, sedangkan Isim Maf’ul menunjukkan apa yang dilakukan. Misalnya, "فَاهِمٌ" berarti "orang yang memahami", sedangkan "مَفْهُومٌ" berarti "sesuatu yang dipahami".
Tips Mengerjakan Soal Shorof
- Hafalkan Dhomir dan Akhiran: Kuasai 14 dhomir dan bagaimana setiap dhomir mempengaruhi akhiran fi’il madhi dan mudhari’.
- Pahami Wazan Dasar: Kenali pola-pola fi’il tsulatsi mujarrad (فَعَلَ يَفْعُلُ، فَعَلَ يَفْعِلُ، فَعَلَ يَفْعَلُ, dll.) karena ini adalah fondasi.
- Latih Tasrif Secara Berulang: Tasrif lisan maupun tulisan berbagai fi’il dengan semua dhomir. Ini akan membentuk intuisi Shorof.
- Perhatikan Harakat: Terutama saat membentuk fi’il amr, fi’il nahi, serta mabni majhul, harakat sangat menentukan kebenaran bentuk kata.
- Kuasai Kaidah Pembentukan: Pahami langkah-langkah detail dalam membentuk fi’il amr, nahi, isim fa’il, dan isim maf’ul.
- Banyak Membaca dan Mendengar: Semakin sering terpapar Bahasa Arab, semakin terbiasa telinga dan mata dengan pola-pola Shorof yang benar.
Kesimpulan
Shorof adalah pilar penting dalam memahami Bahasa Arab secara mendalam. Materi Shorof untuk kelas 2 (tingkat menengah) memperkenalkan siswa pada kompleksitas perubahan kata kerja dan derivasinya, yang merupakan kunci untuk membuka pintu pemahaman teks-teks Arab klasik maupun modern. Dengan latihan soal yang konsisten dan pemahaman kaidah yang kuat, siswa akan mampu menguasai ilmu Shorof dengan baik, sehingga perjalanan mereka dalam memahami Bahasa Arab, Al-Qur’an, dan Hadis menjadi lebih lancar dan bermakna. Semoga artikel ini bermanfaat sebagai panduan belajar dan referensi soal bagi para siswa dan pengajar.
Leave a Reply